Intermeso dulu neeh..
Ada sebuah biola tua tersimpan lama dalam gudang di sebuah rumah. Ketika sang pemilik rumah mau menjual rumahnya, dia melelang seluruh barang-barang di rumah itu, termasuk biola itu. Karena sudah lama gak dipakai, biola itu terlihat sangat kusam. Ketika tiba saatnya pelelangan biola, dibuka dengan harga 1 dolar dan ternyata hanya ada satu orang yang berminat. Kemudian sang pemilik menaikkan lagi menjadi 5 dolar tapi ternyata tidak ada yang berminat, mungkin karena saking kusamnya hingga biola itu hanya bernilai sebagai barang rongsokan.
Sang pemilik sedih sekali karena biolanya tidak ada yang berminat. Maka jika dalam hitungan kesepuluh biola itu akan terjual dengan harga 1 dolar saja. Sebelum hitungan berakhir ada seorang laki-laki setengah tua maju ke depan, kemudian mengeluarkan sebuah kain dan membersihkan biola dengan hati-hati hingga tampak mengkilat kembali. Kemudian dimainkannya biola itu dengan indahnya. Semua yang hadir disitu merasa terkejup dengan suara merdu biola itu, ternyata beliau memang seorang pemain biola, dan ternyata biola tua itu pun masih bias menghasilkan suara semerdu itu. Selesai memainkan beliau pun menawarkan kepada hadirin, siapa yang mau membeli biola ini dengan harga 1000 dolar, maka orang-orang pun bersegera ancungkan tangan. Akhirnya biola itu terjual dengan harga yang tinggi.
Apa hikmahnya?
Kita bisa diibaratkan seperti biola itu. Setiap manusia memiliki potensi, tetapi jika potensi itu tidak digunakan atau dikembangkan maka dia tidak akan bernilai dan tidak memberi manfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Nach… salah satu sarana menggunakan dan mengembangkan potensi ini adalah dengan menjadi murrobi.
Ibaratnya sebuah teko, jika diisi terus tanpa pernah dituangkan isinya ke gelas maka dia akan penuh/meluber. Begitu pula dengan kita, jika kita hanya mendapatkan ilmu saja tanpa menularkan ilmu itu ke orang lain, maka potensi/ilmu yang kita miliki tidak berkembang. Makanya, jangan ragu untuk menjadi murrobi…
Kenapa ga mau jadi murrobi? Kenapa ragu? Kenapa takut? Apa kendalanya?
Dari hasil survey (ciee…), pada dasarnya ada 3 alasan utama:
1. Kemauan
Ada yang jawabannya “ga mau ah..!”, “jangan dulu dech..!”, “entar dulu ah..”!, “yang lain dulu dech..!” sampai “males ah..!!”
Itu tandanya dia belum punya kemauan untuk menjadi murrobi. Dia bisa mengemukakan seribu alasan untuk menolaknya jika dia memang belum punya kemauan atau niat untuk menjadi murrobi. Dan kemauan yang kuat bisa terlahir dari pemahaman yang baik. Pemahaman tentang urgensi tarbiyah, fiqih dakwah, dll. Karena itu untuk mengatasi alasan pertama ini, tingkatkan pemahaman kita, selanjutnya kuatkan azam/niat kita dan tumbukan motivasi kita. Bukankah janji Allah itu sungguh indah dan nyata, kenapa kita masih ragu? Apa saja motivasi jadi murrobi? Simak aja terus…
2. Kemampuan
Banyak yang beralasan ga mau membina karena belum punya kemampuan, ilmunya belum cukup, wawasannya belum luas, merasa belum mampu untuk menjadi murrobi. Memang sich harapannya murrobi itu ideal/serba bisa, tapi dia tetep manusia juga yang punya keterbatasan dan semuanya ada prosesnya dalam menjadi yang ideal. Ada juga yang berpendapat kalau menjadi murrobi itu bakat sehingga tidak semua orang bisa, apa benar demikian? Boleh jadi menjadi murrobi itu bakat, tapi bakat yang bisa dipelajari setiap orang. Asalkan mau belajar Insya Allah kita bisa koq. Jadi, solusi dari kendala yang satu ini ya dengan terus belajar. Jangan pernah merasa cukup ilmu sehingga malas atau tidak mau lagi menimba ilmu. Kita perluas wawasan dan ilmu kita tidak hanya dari majelis-majelis ilmu tetapi juga dari buku-buku dan media cetak maupun elektronik sehingga kita tidak lagi minder atau takut untuk menjadi murrobi. Jadi, berbekal kemauan saja tidak cukup. Setelah ada kemauan maka kita tingkatkan kemampuan.
3. Kesempatan
Ada pula yang mempunyai kendala membina dalam masalah waktu. Misalnya terlalu sibuk dengan aktifitas kuliah atau kerja hingga tidak punya waktu untuk membina. Ada pula yang sibuk banget dalam organisasi tapi ternyata belum pernah membina, alasannya ga punya waktu. Dalam hal ini, kesempatan itu kita ciptakan sendiri. Kita tidak akan sempat jika memang tidak kita sempatkan. Jika kita sudah mau dan mampu menjadi murrobi maka kita juga harus menyediakan waktu untuk itu.
Itu kendala-kendala yang ditemui al akh ketika ada pertanyaan, apa yang menghalangimu menjadi murrobi saudaraku?? (cie…kayak judul buku aja)
Masih belum tergugah juga? Saudaraku… menjadi murabbi itu asyik lho….
1. Mendapat pahala berlipat ganda
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itukah orang-orang yang beruntung,” (Q.S. Al ‘Imran:104)
Dan masih banyak lagi ayat dan hadist yang menyatakan itu.Dan bagi orang yang menjadi perantara hidayah dari Allah, Allah menjanjikan balasan yang lebih besar dari dunia seisinya, atau di hadist yang lain disebutkan balasannya adalah onta merah. Dan pernah tahu onta merah? Onta merah itu kendaraan di surga. Tentu saja semua itu jika kita ikhlas.
2. Memperoleh tempat curhat, perhatian dan nikmat bersaudara
Loh koq tempat curhat, ga kebalik tha? Memang kebanyakan mutarobi yang curhatnya ke murrobi. Tapi murrobi bisa juga sebaliknya, tapi….. curhatnya murabbi itu tidak secara langsung, biasanya dibungkus materi atau taujih yang diberikan, tapi ya jangan sering2 gitu lho.
Dengan menjai murrobi kita tidak akan merasa kurang perhatian atau kasih saying karena minimal seminggu kita dipelototi dua tiga jam he….he… Dan memang murabbi yang harusnya lebih banyak memberikan perhatian kepada mutarobinya.
Kalo bicara masalah nikmatnya ukhuwah, banyak banget kan? Alhamdulillah, begitu bahagianya kalau melihat mutarobi kita pada semangat hingga meningkatkan semangat pula pada diri kita. Dan banyak lagi kebahagiaan yang lain. Atau ada yang menemui kesulitan? Mutarobinya ga ada yang datang, ga mau diatur, dsb Itu mah biasa, yang penting bagaimana kita menyikapinya. Misal jika kita nunggu mutarobi kita salama berjam-jam tapi ternyata ga ada yang datang. Kita akan tetap merasa ikhlas, sabar dan tidak kecewa jika selama penungguan itu kita tidak membuang waktu sia-sia, misalnya tilawah, baca buku atau berdzikir. Maka kita akan tetap bersyukur, alhamdulillah… dalampenantian tadi aku hari ini bisa menghabiskan 2 juz
3. Mendapatkan kebutuhan aktualisasi diri
Seperti intermeso di depan, kita butuh sarana untuk aktualisasi diri, untuk mengembangkan potensi yang kita miliki. Nach salah satu sarananya dengan ini nih.. Kita bisa belajar komunikasi, belajar persentasi, belajar marketing, de el el. Selain itu kita juga akan punya nilai dan manfaat bagi orang lain.
Tuh kan, asyik menjadi murabbi, makanya jangan minder atau mundur kl diminta jadi mentor atau murrobi. Seorang murobi otomatis seorang mutarbi juga, maksudnya menjadi murrobi juga harus terus ngaji, tarbiyahnya juga harus sehat, wawasannya harus terus ditambah. Ibaratnya sebuah teko, jika mau ngisi ke gelas maka tekonya harus diisi juga..
Tapi harus tanggungjawab lho… murabbi tidak hanya berperan sebagai guru/ustadz/ustadzah tapi juga sekaligus sebagai bapak/ibu, kakak, teman dan sahabat bagi mutarrobinya.
Yuk kita perbaiki diri sendiri dan menyeru orang lain… Tidak hanya sekedar orang yang muslih, tetapi juga muslihun yang mengajak orang lain menjadi sholih juga
se7!!!we are born to be murobbi…..
kita para mutarobi muda siap untuk jadi murobi-murobi suxes yang membina umat…………..Allahuakbar
jadi Murobi?? knpa ga? klu untk mengajak sesama kpda kebaikn..&lebih memperkenalkn ilmu secra mendalam… bagi kamu-kamu calon murobi, smangat ya.. Surga-Nya sudah menunggu kalian….assalamualaikum
Jadi orangtua bagi mutarabbi?terus orang tua yang asli dikemanakan?Nikah saja harus lewat murabbi, apa-apa persetujuan murabbi. Siapa yang melahirkan antum?murabbi?
syukron jazillah atas artikelnya….
cz artikel ini telah menjawab keragu-raguan saya….
MR….Gue bangettt, ayo jantan…murabbi memang bukan segalanya, tapi jujurlah murabbi sedikit banyak mengarahkan kita lebih baik, jazaahumullah kepada MR umat ini.
assalamu’alaykum…
mbakQ..kangen
ana copi paste ya..
jazakillah
assalamu’alaikum
memang berat jadi murobbi, nikamtnya terasa di saat-saat mutarobbi kita semangat dan mulai berubah kearah yang lebih baik..
allohu akbar
keep istiqomah
assalamuailaiku, ikhwah yang dicintai Allah ta’ala jadi morobbi memang ngak sulit kalau ada syarat yang diatas, tapi ketahuilah jadi morobbi yang teladan itu yang sangat didambakan! slamat menjadi teladan. kep your smile